Agar kesan perpustakaan sungguhan semakin terasa, Anda dapat membuat label buku. Label buku atau kode buku biasanya akan ditempelkan pada punggung buku. Fungsinya untuk memudahkan mengelompokkan buku berdasarkan rak, nomor buku, dan penulisnya.
Langkah selanjutnya, yaitu menentukan subjek buku. Subyek buku adalah isi pembahasan, topik, atau tema dari buku. Untuk membuat label buku, Anda harus mengetahui subjek dari buku-buku yang akan ditata.
Penomoran Buku Perpustakaan
Jika sudah menentukan dan mengelompokkan buku berdasarkan subyeknya. Kita bisa menentukan nomor klasifikasi atau kode buku. Kode buku ini akan mempermudah kita untuk mengelompokkan buku di perpustkaan rumah.
Menurut ilmu pustaka, kode buku ini bisa dikelompokkan menjadi 10 penomoran. Pertama, nomor 000 untuk buku umum, 100 buku filsafat, 200 buku agama, 300 buku ilmu sosial, 400 buku bahasa, 500 buku ilmu murni, 600 buku ilmu terapan, 700 buku kesenian dan olahraga, 800 buku sastra, dan 900 buku sejarah.
Seringkali kita dibingungkan pada nomor-nomor yang tersaji di punggung buku di perpustakaan. Tak banyak yang mengetahui makna dibalik nomor tersebut. Sejatinya nomor tersebut adalah nomor DDC (dewey decimal catalouging) yang mengindikasikan disiplin ilmu yang terdapat pada koleksi tersebut. Istilah penamaan penomoran tersebut juga sering disebut sebagai nomor klasifikasi. Hal itu dikarenakan perpustakaan mengklasifikasikan disiplin ilmu pada setiap buku yang dimiliki perpustakaan. Tujuan dari penomoran tersebut adalah memudahkan pengunjung perpustakaan mencari koleksi yang sesuai subjek yang dicarinya. DDC sendiri dikembangkan oleh pustakawan berkebangsaan Amerika yaitu Melvil Dewey pada tahun 1876. Ia membagi nomor klasifikasi pada 10 penomoran yaitu sebagai berikut :
Bila Anda memasuki ruang koleksi perpustakaan, akan terdapat deretan rak yang berisi buku-buku yang tersusun rapi mengikuti sistem tertentu. Pada umumnya disusun berdasarkan nomor label yang melekat pada punggung buku dari mulai nomor yang terkecil sampai dengan nomor terbesar searah jarum jam. Melalui nomor label itulah buku-buku koleksi perpustakaan dapat ditelusuri dan ditemukan secara cepat, tepat dan mudah, melalui sarana temu-balik berupa katalog perpustakaan. Oleh karena itu setiap bahan perpustakaan, sebelum disusun pada rak, terlebih dahulu harus melalui proses pengolahan dengan menggunakan sistem baku.
Pengolahan bahan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan pokok di perpustakaan. Setiap bahan perpustakaan, baik berupa buku maupun non buku, yang masuk ke perperpustakaanan wajib diolah dengan menggunakan sistem baku secara profesional agar koleksi yang telah tersusun pada rak dapat ditemukan kembali secara cepat dan tepat melalui alat telusut berupa katalog. Pasal 1, ayat (2) UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, menyatakan bahwa: Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan.
Pengatalogan subjek, adalah penggolongan atau pengelompokkan buku berdasarkan subjek atau isi bahan perpustakaan yang bersangkutan. Dengan dasar ini maka bahan perpustakaan yang subjeknya sama akan berdekatan atau berada pada rak yang sama apapun bentuk bahan perpustakaan tersebut. Bila subjeknya telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menentukan nomor klasifikasi yang tepat untuk subjek tersebut berdasarkan sistem kalsifikasi yang digunakan. Pada umumnya menggunakan Sistem Klasifikasi Persepuluhan Dewey atau DDC (Dewey Decimal Classification). Dengan demikian, klasifikasi ini berguna untuk mempermudah pengguna maupun pustakawan dalam penelusuran informasi atau pencarian bahan perpustakaan di rak.
Pengatalogan deskriptif, adalah proses pembuatan deskripsi bibliografi dengan menggunakan standar pengatalogan AACR2 (Anglo-American Cataloging Rules 2nd Edition) atau RDA (Resources Description and Access). Kedua-dunya dapat digunakan di perpustakaan mana pun, walaupun pada saat ini para pustakawan cenderung menggunakan RDA dengan alasan lebih fleksibel dan dapat digunakan untuk semua bahan perpustakaan. Keluaran dari tahapan pekerjaan ini adalah data bibliografi berupa kartu katalog atau OPAC (Online Public Access Catalog).
Penyelesaian fisik bukuTahapan kegiatan selanjutnya, adalah membuat kartu kelengkapan buku, terdiri dari label nomor panggil (label punggung buku), kartu dan kantong buku, serta lembar tanggal kembali. Koleksi perpustakaan tidak dapat dipajang pada rak apabila tahapan kegiatan ini belum diselesaikan. Bagi perpustakaan yang sudah melakukan otomasi, pada umumnya sistem otomasi perpustakaan sudah menyiapkan fasilitas untuk cetak label, kantong dan kartu buku.
ShelvingShelving atau pengerakan, adalah kegiatan penjajaran koleksi pada rak berdasarkan sistem tertentu. Kegiatan ini merupakan langkah terakhir dari proses pengolahan bahan perpustakaan. Tujuannya agar koleksi dapat ditemukan dengan mudah dan dapat dikenali oleh pengguna atau pustakawan.
Bagaimana cara mencari buku diantara sekian banyak buku yang berjajar rapi di rak? Mungkin pertanyaan tersebut pernah muncul di pikiran kamu yang baru pertama kali berkunjung ke Sirkulasi. Bila tidak mau repot, ya tinggal tanyakan dan minta carikan kepada petugas, tetapi, sebenarnya kamu bisa lho mencari sendiri. Caranya? Dengan mengetahui nomor klasifikasi atau nomor klas buku.
Sama seperti pengelompokan barang di supermarket yang ribuan jumlahnya, buku yang ada di perpustakaan juga dikelompokkan berdasarkan subjek dan diberi kode berupa nomor klas. Nomor klas yang dijadikan tanda pengenal buku ini diketikkan di sebuah label dan ditempel di punggung bawah buku seperti gambar berikut:
Untuk nomor klas yang lebih detail dan lengkap lagi, kamu bisa baca di link berikut _of_Dewey_Decimal_classes Mau tau cara mencari buku dengan nomor klas prakteknya bagaimana? Tinggal datang ke Sirkulasi ya, dan minta ajari petugasnya. Yuk, manfaatkan koleksi perpustakaan, dan semoga sukses! (e/m)
Artikel Lainnya removeRelatedDuplicates(); printRelatedLabels(); Membuat Label Buku Perpustakaan Sekolah - Label buku terkadang juga disebut call number adalah kertas kecil berukuran 3 x 4 cm pada umumnya. Fungsinya untuk mempermudah penemuan kembali buku atau bahan koleksi lain di dalam suatu rak yang telah tertata secara sistematis.(Baca Juga : Contoh Laporan Kegiatan Triwulan Perpustakaan Sekolah)Label buku terletak di punggung buku dan ditempelkan dibagian bawah punggung buku sekitar 3 cm dari ujung bagian bawah buku. adapun beberapa bagian dalam pembuatan label, yaitu nama perpustakaan, dan identitas buku yaitu: pengarang; nomor klasifikasi serta satu huruf awal dari judul buku. Berikut contoh gambar serta keterangannya:Keterangan:1. Nomor Klasifikasi2. Nama pengarang diambil tiga huruf pertama dengan huruf kapital3. Satu huruf awal dari judul buku dengan huruf kecilSaya sertakan link downloadnya untuk mempermudah sobat Pustakawan dalam pembuatan label buku.Download : Label Buku Perpustakaan.docxvar obj0=document.getElementById("post18752077121774285426");var obj1=document.getElementById("post28752077121774285426");var s=obj1.innerHTML;var t=s.substr(0,s.length/2);var r=t.lastIndexOf("");if(r>0) obj0.innerHTML=s.substr(0,r);obj1.innerHTML=s.substr(r+4);
Dalam melakukan inventarisasi perpustakaan, petugas yang berwenang pasti melakukan berbagai langkah dan upaya untuk melakukan inventarisasi dengan tepat, Biasanya proses inventarisasi tersebut meliputi pemeriksaan bahan pustaka, pemberian stempel, dan juga pencatatan di buku induk.
Berbagai hal yang dilakukan tersebut sangat penting untuk mendukung peran perpustakaan dalam mewujudkan tujuan dan juga visi misinya, terlebih buku induk. Buku induk ini wajib ada dan juga wajib mencatat berbagai hal yang terjadi di perpustakaan. Tapi, apa sebenarnya buku induk perpustakaan itu?
Buku induk perpustakaan menjadi hal yang penting sebagai sumber informasi akurat tentang kepemilikan koleksi pustaka di sekolah. Ada berbagai arti penting dari buku induk, salah satunya adalah buku induk perpustakaan diciptakan sebagai salah satu komponen pada sub-sarana dan prasarana sekolah yang dinilai dalam kegiatan penilaian perpustakaan sekolah (Nandani, 2016: 181).
Selain itu, Menurut Nurcahyono (2015), mengungkapkan bahwa peran lain buku induk juga dapat digunakan sebagai penilaian akreditasi perpustakaan sekolah. Sebab bagi sekolah yang menyediakan perpustakaan, maka pedoman penyelenggaraannya diatur dalam Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Tahun 2015.
Selanjutnya disebutkan bahwa setiap jenis koleksi buku akan dicatat di dalam buku induk tersendiri, misalnya buku induk untuk koleksi buku, buku induk untuk koleksi surat kabar, buku induk untuk majalah, dan lain sebagainya. Unsur yang terdapat di dalamnya juga harus diperhatikan, yaitu meliputi, nomor, tanggal, nomor induk buku, judul buku, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, harga, sumber, dan lain sebagainya.
Menurut Nurcahyono (2015), pentingnya dilakukannya pencatatan tersebut karena akan digunakan untuk mengelola perpustakaan secara konvensional maupun secara elektronik. Perlu diketahui, buku induk dibuat sebagai bahan menyusun laporan dan juga menyusun statistik pengadaan koleksi perpustakaan, sehingga kehadiran buku induk ini akan memudahkan pengelola perpustakaan untuk mengetahui berbagai informasi.
Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa buku induk adalah sarana yang digunakan untuk mencatat koleksi yang baru diterima oleh perpustakaan yang kegiatannya tercantum sebagaimana diatur di dalam Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah oleh Perpustakaan Nasional.
Setelah memahami pengertian dari buku induk perpustakaan, Anda tentu ingin juga mengetahui bagaimana format buku induk perpustakaan itu. Buku induk perpustakaan memiliki format tersendiri. Berikut merupakan isi format dari buku induk perpustakaan. 2ff7e9595c
Comments